Sabtu, 23 Agustus 2008

Peperangan Badar al-Kubra (2-3)

. Sabtu, 23 Agustus 2008

Abu Sofyan terus bergerak maju dengan hati-hati sehingga sampai di mata air. Ia berkata kepada Majdi bin Amru: "Apakah engkau mencu-rigai seseorang di sini?" Majdi menjawab: "Tidak, aku tidak melihat se-orang pun yang mencurigakan, hanya saja aku melihat dua orang penung-gang yang menambatkan untanya di bukit kecil itu, mereka mengisi kantung air lalu pergi.

Abu Sofyan mendatangi bukit kecil tempat mereka menambatkan unta lalu memeriksa kotoran unta mereka, ternyata ia dapati biji kurma. Abu Sofyan berkata: "Demi Allah, ini adalah makanan hewan di Yatsrib (Madinah)!" Ia segera kembali menemui rekan-rekannya lalu mengarah-kan kafilahnya menelusuri jalan pantai. Ia berbelok ke kanan menjauhi Badar dan mempercepat langkahnya.

Setelah melihat keadaan mereka sudah aman Abu Sofyan mengutus seseorang menemui pasukan Quraisy untuk mengabarkan: "Sesungguh-nya kalian keluar untuk melindungi kafilah, orang-orang dan harta kalian, dan Allah telah menyelamatkannya, maka kembalilah!"

Abu Jahal bin Hisyam berkata: "Demi Allah kami tidak akan kem-bali hingga tiba di Badar!" Badar adalah salah satu pasar tahunan orang-orang Arab. "Kami akan tinggal di sana selama tiga hari, menyembelih unta, menghidangkan makanan, meminum khamr dan mendengarkan para biduanita berdendang. Orang-orang Arab telah mendengar tentang kepergian kami bersama pasukan. Setelah ini mereka pasti takut kepada kami selama-lamanya, maka teruskanlah perjalanan." lanjut Abu Jahal.

Pasukan Quraisy pun terus bergerak hingga sampai di pinggir lem-bah yang jauh. Lalu Allah menurunkan hujan dari langit, ketika itu lem-bah dalam keadaan becek. Rasulullah SAW., dan para sahabat mendapat bagian tanah yang padat dan keras sehingga tidak menghalangi perge-rakan mereka. Sementara pasukan Quraisy mendapat bagian tanah yang lembek sehingga tidak mampu untuk bergerak maju. Akhirnya Rasulullah dapat mendahului mereka tiba di mata air. Sesampainya di tepi mata air beliau turun di situ.

Al-Habbab bin Al-Mundzir berkata: "Wahai Rasulullah, apakah Allah yang memerintahkan tuan untuk turun di tempat ini sehingga kita tidak boleh maju maupun mundur darinya, ataukah siasat perang sema-ta?" Rasulullah menjawab: "Hanya siasat perang!"

Al-Habbab melanjutkan: "Wahai Rasulullah, tempat ini kurang baik, alangkah baiknya jika kita menempati tempat di tepi seberang sana yang dekat kepada pasukan Quraisy. Kita tutup sumur di belakangnya dan kita bangun telaga lalu kita isi air sebanyak-banyaknya, dan dari tempat itu kita menghadapi mereka. Kita dapat minum sementara mereka tidak." Rasulullah SAW., berkata: "Sungguh tepat pendapatmu itu."

Maka Rasulullah dan para sahabat mengambil tempat di seberang mata air lalu menutup sumur dan membangun telaga di atasnya lalu mereka isi air sampai penuh. Mereka ciduki telaga itu dengan bejana-bejana mereka.

Sa'ad bin Mu'adz berkata: "Wahai Nabi Allah, alangkah baiknya jika kami buatkan bagimu bangsal tempat engkau berteduh. Kami siapkan hewan tunggangan untukmu kemudian biarkan kami yang menghadapi musuh. Apabila Allah memberikan kemenangan bagi kita atas musuh maka itulah yang kami harapkan. Jika tidak, engkau dapat mengendarai hewan kendaraan itu untuk menyusul orang-orang kita yang tertinggal di belakang. Wahai nabi Allah, ada sejumlah orang yang tertinggal di bela-kang, kami bukanlah orang yang lebih dalam cintanya kepadamu diban-ding mereka. Sekiranya mereka tahu engkau bakal menghadapi peperang-an tentu mereka tidak akan tertinggal di belakang. Allah akan melin-dungimu melalui mereka. Mereka pasti berlaku tulus terhadapmu dan berjihad bersamamu." Rasulullah SAW., memujinya dengan kata-kata yang baik dan mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian dibangunlah bangsal untuk Rasulullah.

Pagi harinya kaum Quraisy mulai bergerak. Ketika melihatnya Rasulullah SAW., segera menuruni Al-'Aqanqal –sebuah bukit pasir di lembah tersebut–. Rasulullah berkata: "Ya Allah, itu pasukan Quraisy telah da-tang dengan segala kesombongan dan keangkuhannya! Mereka hendak menantangMu dan mendustakan RasulMu. Ya Allah, turunkanlah perto-longan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka besok!"

Tibalah pasukan Quraisy di Badar, beberapa orang dari mereka men-datangi telaga yang dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat. Diantara mereka terdapat Hakim bin Hizam. Rasulullah berkata: "Biarkanlah me-reka!"

Orang-orang yang minum dari telaga Rasulullah saat itu menemui kematiannya pada peperangan ini kecuali Hakim bin Hizam, dia lah satu-satunya yang selamat. Kemudian ia masuk Islam dan menjadi baik ke-Islamannya. Setelah itu apabila ia sungguh-sungguh bersumpah ia berka-ta: "Demi Allah yang telah menyelamatkanku pada peperangan Badar!"

Setelah keadaan tenang, kaum Quraisy mengutus Umeir bin Wahab Al-Jumahi, mereka berkata kepadanya: "Perkirakanlah berapa jumlah pasukan Muhammad!"

Ia pun menunggangi kudanya mengelilingi pasukan kemudian kem-bali dan berkata: "Jumlah mereka lebih kurang tiga ratus orang! Akan tetapi biar aku lihat apakah ada pasukan yang tersembunyi atau bala bantuan bagi mereka?"

Ia pun menunggangi kudanya menjauhi lembah. Ternyata ia tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Lalu kembali dan berkata: "Aku tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Akan tetapi wahai sekalian Quraisy! Aku melihat balaaya (Bentuk jamak dari perkataan baliyyah, artinya unta-unta atau hewan-hewan yang diikat di kuburan tidak makan dan tidak minum hingga mati) (unta-unta) yang membawa kematian! Unta-unta Yatsrib yang membawa kematian yang tidak bisa dielakkan. Satu kaum yang tidak memiliki pertahanan dan tempat melarikan diri (perlindungan) selain pedang mereka! Demi Allah, setiap orang yang terbunuh dari mereka pasti membunuh salah seorang dari kalian! Jika dengan jumlah mereka yang sedikit itu mereka berhasil mengalahkan kalian maka tidak ada lagi kehidupan yang enak setelah itu! Oleh karena itu pikirkanlah matang-matang!"

Mendengar penuturannya itu Hakim bin Hizam menemui orang-orang. Ia mendatangi Utbah dan berkata: "Wahai Abul Walid, engkau adalah pembesar Quraisy dan salah satu pemimpin yang ditaati! Maukah kebaikanmu selalu dikenang hingga akhir zaman.?"

"Apa itu hai Hakim?" tanya Utbah. Hakim berkata: "Kembalilah bersama pasukan dan selesaikanlah tebusan sekutumu, yakni Amru bin Al-Hadhrami."

"Aku pasti akan melakukannya, engkaulah yang menjadi saksinya, ia adalah sekutuku dan akulah yang menanggung tebusannya dan harta-nya yang diambil. Datangilah Ibnul Hanzhaliyah (Abu Jahal bin Hisyam, ibunya anak dari Hanzhalah bin Malik). Aku tidak khawatir orang-orang akan berselisih tentangnya!" jawab Utbah.

Maka Utbah pun bangkit dan berbicara: "Wahai sekalian kaum Quraisy, demi Allah apa yang kalian lakukan bila mengalami kekalahan dalam menghadapi Muhammad dan pasukannya? Demi Allah sekiranya kalian menang maka kita saling memandang dengan perasaan benci sambil menggerutu "Ia telah membunuh sepupunya, telah membunuh keponakannya atau anggota keluarganya sendiri". Biarkanlah Muham-mad menghadapi kabilah Arab yang lain. Bila mereka berhasil mengalah-kan Muhammad maka itulah yang kalian harapkan. Jika yang terjadi selain itu, kalian telah selamat dan terhindar dari musibah yang tidak kalian inginkan darinya."

Hakim berkata: "Aku bergegas menemui Abu Jahal, saat itu ia te-ngah mempersiapkan pakaian perangnya. Kukatakan padanya: "Hai Abul Hakam, sesungguhnya Utbah mengutusku menemuimu untuk urusan ini!" yakni masalah yang diutarakannya tadi. Abu Jahal berkata: "Demi Allah, kembang kempis dadanya (Kinayah dari rasa takut) karena melihat Muhammad dan pa-sukannya. Demi Allah sekali-kali tidak! Kita tidak akan kembali hingga Allah memutuskan siapakah yang menang, kita atau Muhammad! Seharusnya Utbah tidak mengatakan perkataan seperti itu! Namun ia melihat Muhammad dan pasukannya hanya sedikit sementara di antara mereka terdapat anaknya! Ia hanyalah menakut-nakuti kalian saja!"

Lalu ia mengutus seseorang kepada Amir bin Al-Hadhrami untuk mengatakan: "Sekutumu (yakni Utbah) menghendaki pasukan ini kemba-li ke Makkah! Sementara engkau hendak membalas dendam! Bangkit dan teriakkanlah hakmu (Yakni tuntutlah kepada bangsa Quraisy perjanjian mereka kepadamu. Mereka adalah tetangga dan sekutu (Amr bin Al-Hadhrami) dan darah saudaramu!

Maka bangkitlah Amir bin Al-Hadhrami dan berdiri di tengah orang banyak sambil berteriak: "Duhai Amru! Duhai Amru!

Spontan saja berkobarlah semangat pasukan, tekad mereka semakin menyala-nyala dan mereka semua bersatu di atas keburukan. Kacaulah apa yang diserukan oleh Utbah kepada mereka!

Al-Aswad bin Abdil Asad Al-Makhzumi maju ke depan –ia adalah seorang lelaki yang buruk perangainya– sambil berkata: "Aku bersumpah akan meminum air dari telaga mereka. Akan kuhancurkan telaga itu meski aku harus terbunuh! Tantangannya itu disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika keduanya saling berhadapan Hamzah menebas kakinya hingga terbelah dua dan terpental jauh. Sementara ia masih berada jauh dari telaga. Ia pun tumbang sementara kakinya mengucurkan darah ke arah teman-temannya. Kemudian ia merangkak menuju telaga dan berusaha menceburkan diri ke dalamnya. Ia hendak melaksanakan sumpahnya. Namun Hamzah mengejarnya lalu menebasnya dengan pe-dang. Maka terbunuhlah Al-Aswad di telaga itu.!

Kemudian majulah Utbah bin Rabi'ah didampingi oleh saudaranya, yakni Syaibah dan putranya Al-Walid bin Utbah. Sesampainya di antara dua pasukan mereka menantang berduel satu lawan satu. Tiga orang pemuda Anshar maju menjawab tantangan itu, mereka adalah Auf dan Mu'adz bin Al-Harits dan seorang lelaki lain, ada yang mengatakan ia adalah Abdullah bin Rawaahah.

"Siapakah kalian?" tanya mereka. "Kami adalah pemuda kaum An-shar!" jawab sahabat. "Kami tidak berkeinginan melawan kalian!" sahut mereka. Lalu salah seorang dari mereka berteriak: "Hai Muhammad, keluarkanlah orang-orang yang seimbang dengan kami dari kaum kami!"

Rasulullah SAW., berkata: "Majulah wahai Ubaidah bin Al-Harits, maju-lah wahai Hamzah dan majulah wahai Ali!" Mereka pun berkata: "Itu baru lawan yang seimbang!" Maka Ubaidah pun –ia adalah yang paling tua di antara ketiganya– meladeni Utbah bin Rabi'ah. Hamzah meladeni Syaibah bin Rabi'ah dan Ali meladeni Al-Walid bin Utbah.

Adapun Hamzah tanpa susah payah berhasil menewaskan Syaibah. Demikian juga Ali tanpa susah payah berhasil menewaskan Al-Walid. Sementara Ubaidah terlibat dalam pertarungan yang amat sengit dengan Utbah. Masing-masing dapat mencederai lawannya. Lalu Hamzah dan Ali berbalik dan menyerang Utbah dengan pedang terhunus dan meng-habisinya, kemudian keduanya membopong Ubaidah kembali ke pasukan.

Setelah itu kedua pasukan saling berhadapan dan saling mendekat. Rasulullah memerintahkan pasukan agar jangan menyerang sebelum mendapat komando dari beliau. Beliau berkata: "Jika mereka maju me-nyerang hujanilah mereka dengan lemparan batu!" Ketika itu Rasulullah berada di dalam bangsal bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq SAW.,.

Peperangan Badar ini terjadi pada Jum'at pagi tanggal 17 Ramadhan. Kemudian Rasulullah SAW., merapikan barisan dan kembali ke bangsal ber-sama Abu Bakar, tidak ada orang lain yang menyertai beliau. Rasulullah terus berdoa memohon pertolongan yang telah dijanjikan Allah kepada-nya. Beliau berdoa: "Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan ini niscaya Engkau tidak akan disembah lagi."

Abu Bakar saat itu berkata: "Wahai Nabiyullah, Allah telah memenuhi janjiNya kepadamu!"

Rasulullah SAW., sempat tertidur sejenak di dalam bangsal kemudian beliau terbangun dan berkata: "Wahai Abu Bakar, sambutlah kabar gembira, pertolongan Allah telah tiba. Malaikat Jibril telah bersiap memacu kudanya. Terlihat gumpalan debu dari arahnya!" Kemudian Rasulullah keluar dan memompa semangat pasukan, beliau berkata: "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, siapa saja yang terbunuh pada hari ini karena mengharap pahala, maju berperang bukan mundur ke kebelakang, pasti Allah memasukkannya ke dalam Surga."

Mendengar itu, Umeir bin Al-Humam, saudara Bani Salamah, yang saat itu sedang makan buah kurma berkata: "Wah, wah, cuma itukah yang memisahkan diriku dengan Surga? Hanya dengan terbunuh di ta-ngan mereka?!" Ia segera melemparkan buah kurma yang digenggamnya lalu mengambil pedang, kemudian ia maju ke depan hingga akhirnya tewas terbunuh.

Kemudian Rasulullah SAW., mengambil segenggam debu lalu mengha-dap pasukan Quraisy dan berkata: "Terhinalah wajah-wajah kalian!" kemudian beliau meniupnya ke arah mereka. Lalu beliau memberi ko-mando kepada pasukan: "Serbu!"

Maka pada saat itulah pasukan Quraisy menemui kekalahan. Terbu-nuhlah para pemuka Quraisy dan tertawanlah sejumlah orang terpandang mereka.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA., bahwa pada saat itu Rasulullah SAW., berkata kepada para sahabat: "Aku tahu, sebagian orang dari Bani Hasyim dan lainnya keluar berperang karena terpaksa. Kita tidak perlu membunuh mereka. Siapa saja yang bertemu dengan salah seorang Bani Hasyim, maka janganlah membunuhnya. Siapa saja yang bertemu dengan Abul Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad, maka janganlah membunuhnya. Siapa saja yang bertemu dengan Al-Abbas bin Abdil Muthalib, maka janganlah membunuhnya. Karena ia keluar berperang karena terpaksa."

Abu Hudzaifah berkata: "Apakah kami dibiarkan membunuh bapak-bapak kami, saudara-saudara kami dan keluarga kami lantas membiarkan Al-Abbas? Demi Allah, jika aku menemuinya niscaya akan kubunuh dengan pedangku ini!"

Sampailah perkataan ini kepada Rasulullah SAW.,. Beliau berkata kepa-da Umar bin Al-Khatthab RA.,: "Wahai Abu Hafsh, patutkah paman Rasu-lullah ditebas dengan pedang?" Umar berkata: "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk membunuh orang yang mengatakannya! Demi Allah ia telah berbuat kemunafikan!

Setelah peristiwa itu Abu Hudzaifah berkata: "Aku tidak pernah merasa aman dari ucapan yang kukatakan saat itu. Aku senantiasa takut akibatnya, dan tidak ada cara selain kutebus dengan mati syahid!" Beliau terbunuh sebagai seorang syuhada pada peperangan Yamamah.

Para malaikat tidak pernah terlibat langsung dalam peperangan kecuali pada peperangan Badar ini. Pada peperangan lain mereka datang dalam jumlah yang sangat banyak namun tidak terlibat langsung dalam peperangan.

Setelah Rasulullah SAW., dan pasukan berhasil menaklukkan pasukan Quraisy, beliau memerintahkan agar mencari jasad Abu Jahal di antara para korban yang tewas. Ibnu Mas'ud RA., menuturkan: "Aku menyembe-lih kepala Abu Jahal dan membawanya ke hadapan Rasulullah. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, inilah kepala musuh Allah Abu Jahal! Rasulullah berkata: "Demi Allah, tiada ilah yang berhak disembah selain Dia!" Begitulah sumpah Rasulullah.

Aku berkata: "Benar, demi Allah yang tiada ilah yang berhak disembah selain Dia!" Kemudian aku letakkan kepala Abu Jahal di hadapan Rasulullah. Beliau memanjatkan puja dan puji kepada Allah.

Rasulullah SAW., memerintahkan agar melempar mayat-mayat tentara Quraisy itu ke sumur. Kecuali Umayyah bin Khalaf, tubuhnya membeng-kak dalam baju perang yang dikenakannya sehingga sulit dikeluarkan. Mereka mencoba mengeluarkannya dengan menggoyang-goyangnya, tetapi dagingnya malah rontok, akhirnya mereka biarkan. Lalu mereka timbun sumur itu dengan tanah dan bebatuan. Setelah mayat-mayat itu dilemparkan ke dalam sumur, pada malam harinya Rasulullah SAW., berdiri di samping sumur lalu berkata –perkataan beliau didengar oleh para sahabat-: "Hai penghuni sumur, hai Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal...-dan beberapa orang yang dilemparkan ke dalam sumur- Apakah kalian telah merasakan kebenaran janji Allah atas kalian? Sesungguhnya aku telah melihat kebenaran janji Allah atasku!" Kaum muslimin berkata: "Wahai Rasulullah, apakah engkau menyeru kaum yang telah menjadi bangkai?"

Rasulullah menjawab: "Kalian tidaklah lebih mendengar apa yang aku katakan daripada mereka! Hanya saja mereka tidak dapat menjawab perkataanku!"

Kemudian Rasulullah memerintahkan agar membagi-bagi ghanimah (harta rampasan perang) yang telah dikumpulkan. Kaum muslimin saling berselisih tentangnya. Para pengumpul ghanimah berkata: "Harta itu milik kami!"

Anggota pasukan yang terlibat peperangan berkata: "Demi Allah, kalau bukan karena perjuangan kami kalian tidak akan bisa mengumpul-kannya! Kamilah yang memalingkan perhatian musuh terhadap kalian sehingga kalian bisa leluasa mengumpulkannya."

Anggota pasukan yang bertugas menjaga Rasulullah SAW., dari gang-guan musuh berkata: "Demi Allah, kalian tidaklah lebih berhak daripada kami. Demi Allah, kami telah bertekad memerangi musuh sebab Allah telah mengaruniai kami kekuatan. Dan kami pun punya kesempatan untuk mengambili harta karena tidak ada lagi yang menjaganya. Akan tetapi kami khawatir terhadap keselamatan Rasulullah dari rongrongan musuh, maka kami pun menjaga beliau. Kalian tidaklah lebih berhak daripada kami!" –Bersambung-

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com